KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa Karena atas berkat dan
Rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapt terselesaikan dengan
baik. Tak lupa juga saya ucapkan banyak
terimakasih kepada pihak yang telah banyak berkotribusi dengan memberikan
sumbangan baik melalui pikiran maupun materi dan saa berharap makalah ini dapa
menambah wawasan kepada para pembaca.
Maksud
dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menelesaikan tugas yang
ibrikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Komunikasi, juga untuk
memperdalam pengetahuan bagi para pembaca mengenai “Komunikasi dalam
Keluarga”. Adapun pulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca agar kedepannya makalah ini menjadi lebih baik.
i
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI………………………………………………………….…………………ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang…………………………………………………………………..1
B. Rumusan
Masalah………………………………………………………………..1
C. Tujuan
………………………………………………...………………………….1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendidikan
Yunani Romawi…………………………….………………………..1
1.
Plato…………………………………………………………………………1-4
2.
Aristoteles……………………………………………………………………5-6
3.
Quintilianes …………………………………………………………………7-8
B. Pendidikan
Agama Yahudi……………………………………………………….9
1.
Permulaan bangsa Israel sampai
pembuangan ke Babel………….……......9-10
2.
Pembuangan ke Babel dan permulaan zaman
masehi……….……………..11-12
BAB III PENUTUP
Kesimpulan…………………………………………………………………..…..13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….……….…..14
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pengajaran merupakan serangkaian kegiatan yang
diusahakan bersama oleh guru dan murid.
Pengajaran ialah prosespembelajaran yang membuat orang melakukan proses
belajar sesuai dengan rancangan. Dalam
proses mengajar guru pak juga harus mempunyai spiritualitas yang baik sehingga
dapat mendidik anak dengan efektif.
Seorang guru PAK harus mempelajari asal mula sejarah perkembangan PAK
dari masa kuno hingga reformasi agar benar-benar mengajarkan sesuai dengan
materi yang termuat dalam ajaran PAK.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa saja warisan Yunani-Romawi
2.
Apakah pendidikan agama Yahudi
C.
Tujuan
Masalah
1.
Bisa mengetahui warisan Yunani-Romawi
2.
Bisa mengetahui apa saja pendidikan
agama YahudA.
1
BAB
II
PEMBAHASAN
Dasar
pendidikan agama Kristen masa kuno
Persekutuan
Kristen mengambil dasariman Kristen yaitu ketika perbuatan hebat yang
dilaksanakan Allah di tengah-tengah umat Israel. Yahudi ketika itu diduduki oleh tentara
Romawi, tentunya membawa nilai-nilai.
Dalam konteksnya,Yahudi membawa dasar agamawi, Yunani membawa bahasa dan
Romawi menetapkan struktur ketertiban umum dan hak sipil.
A.
Pendidikan
Yunani-Romawi
1.
Plato
(kira-kira 428-348 s.M)
Dia berasal dari keluarga bangsawan
dan Plato seorang olahragawan seumur hidupnya di kota Korintus. Plato mendirikan sekolah yang dinamakan
Akademia. Pikiran Plato tentang
pendidikan dimuat dalam bukunya yang berjudul, Republik, suatu karya ynag
melukiskan bentuk Negara yang sesempurna mungkin, Latarbelakang tulisannya
banya dipengaruhi oleh gurunya Sokrates dalam tulisannya sering memakai dialog,
Sokrates sebagai pembicara utamanya. Dia
menanyakan, memeriksa jawaban, menjernihkan jawaban dengan jalan mengajukan
pertanyaan baru sampai peserta lainnya menentukan arti dari sesuatu yang dapat
mempertahankan dan bukannya yang diterima karena merupakan semacam pendapat
umum belaka yang ditelan begitu saja.[1]
2
Tiga tingkatan pikiran
Socrates:
a. Yakin
yang tiada berdasar
b. Bimbang
dan ragu-ragu tentang pendapat semula, dan ingin hendak mengetahui yang
sebenarnya
c. Yakin
yang berdasarkan kepada penyelidikan dan cara berpikir yang betul.
Alasan mengapa mesti ada pendidikan bagi
Plato melalui kiasan tentang suatu gua yang disimpulkan bahwa pendidikan
diperlukan untuk membimbing orang-orang
meninggalkan semua bayang-bayang yang tidak berakar di dalam kenyataan agar
melihat serta menganut kebenaran.
Manusia lebih condong menghargai keamanan pribadi meskipun dasarnya
salah ketimbang membuka diri terhadap pendekatan baru, pengetahuan baru,
pengertian baru dan sebagainya.
Kekuatan gagasan dalam pemikira Plato
dikaitkan dengan kata Yunani Logos
(Firman). Plato menekankan sebuah
rasionalitas, orang didik secara berimbang dan tujuan aner kalos k’agathos
(manusia yang indah dan berkebajikan).
Plato menekankan kesetaraan gender dalam menerima pendidikan namun
subjeknya kaum atasan, sementara lainnya adalah latihan (bukan pendidikan),
sebab menurutnya pendidikan mencakup perkembangan manusia sebagai keutuhan
ruang lingkup pendidikan Plato
3
1. Emosi
para anak didik dikembangkan melalui music dan cerita-cerita yang
memperlihatkan manusia atau dewa dewi dalam kegiatan yang bajik. Music yang dimaksudkan oleh Plato harus
memenuhi unsur music, yaitu kata-kata, lagu, dan irama yang berbudi pekerti.
2. Tubuh
setiap belajar harus dilatih olahraga memainkan peran penting dalam tubuh yang
kuat dan berdisiplin. Diharapkan melalui
pembelajaran ini murid dapat menguasai tubuh.
3. Seorang
berbudi pekerti mencakup semua ilmu yang menantang akal, misalnya ilmu ukur,
ilmu pasti, ilmu bintang dan dialektika.
Pandangan
terhadap tokoh Plato dan Implementasinya
1. Konsep
manusia yang menjadi objek dari pendidikan hanya terbatas pada manusia tertentu saja, yakni
anak-anak dan muda-mudi dari kelompok bangsawan. Implementasi dalam tulisan kompas yang
berjudul “Pendidikan kia menguras air mata”, dalam tulisan ini ditekankan
pendidikan yang seharusnya untuk semua warga Negara justru pendidikan yang
berkualitas dinikmati orang yang berada secara financial.
2. Mengingatkan
pentingnya keseimbangan antara perkembangan emosi, tubuh dan rasio.
3. Meletakkan
dasar awal penggunaan media/music sebagai sarana belajar. Tapi bukan music engan kata-kata dan irama
semrawut.
4. Mengembangkan
metode pembelajaran dialektika, di mana mengajak pelajar berpikir menemukan
sendiri kebenaran.[2]
4
2.
Aristoteles
(385-322 s.M)
Aristoteles
lahir di desa Stagira, negeri Tharakia, yaitu bagian utama Yunani modern
sekarang. Yang mempengaruhinya adalah
ayahnya yng seorang dokter yang caranya meninjau dunia sekitarnya. Ia memasuki Akademi Plato 367 Sm Ia belajar
di sana dan bekerja selama 20 tahun.
Setelah Plato gurunya meninggal Aristoteles menjadi guru dari putra
Filipus, raja Makedonia. Selam tiga
tahun, ia menanamkan kehausan akan pengetahuan dan cara meneliti apa saja yang
ditemuinya dengan seksama. Ia mendirikan
sekolah yaitu peripatetic yang
artinya berjalan-jalan. Ia mengajarkan
logika, ilmu alam, ilmu hayat, ilmu bintang, ilmu jiwa, dan etika.
Pandangan
Aristoteles tentang pendidikan dalam isi dua karya utamanya, yaitu Etika
Nikomakia dan Politik. Pendidikan
mencakup kegiatan insani yang mempunayi maksud utama, yaitu menolong orang
mencapai kebahagiaan. Poros utama pada
diri pribadi saja dalam arti kebutuhan dan keinginan, sedang kepentingan
masyarakat tidak begitu dihiraukan. Arti
kebahagiaan baginya dapat diserasikan dengan kebajikan bukan disimpan dalam
bank melainkan suatu mutu yang perlu diamalkan terus menerus sepanjang hidup. Kebahagiaan adalah tujuan hidup karena itu
tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan
dapat dicapai.
Sebagai dasar pendidikammya,
menitik beratkan pentingnya panca indera manusia. Guru mengembangkan tugas belajar yang sesuai
dengan minat bawaan itu. Tugas guru juga
menolong murid-muridnya meningkatkan diri menjadi sama dengan orang-orang yang
berbudi tinggi.
5
Melibatkan para murid
dalam mengambil keputusan etis yang sesuai dengan patokan kebahagiaan, dengan
mempertahankan siasat memilih jalan tengah kencana namun ada penekanan bahwa
ada perilaku yang salah seperti membunuh, berzinah dan lain-lain. Intinya perilaku itu harus menampilkan suatu
pribadi yang berbudi tinggi yang bijaksana dan yang mampu melihat
hubungan-hubungan yang sejati.
Pandangan terhadap
tokoh Aristoteles dan Implementasinya
1. Pemahaman
tentang jalan tengah sering disalahpahami sebagai bentuk kompromi, atau mencari
aman saja.
2. Prinsip
mengejar kebahagiaan telah disalah pahami sebagai mengejar kebahagiaan diri di
dalam hedonism. Dalam impementasinya
yang muncul saat ini banyak yang mengejar pendidikan hanya untuk mendapatkan
naik golongan, kenaikan gaji atau pangkat yang menjalani pendidikan hanya untuk
mengejar sukses dan rasa hormat. Padahal
Plato sendiri menekankan pendidikan yang berkarakter dalam tujuan pendidikan
yang ia bangun.
3. Menekankan
pentingnya nilai etis dan prilaku etis.
Jadi tidak hanya ilmu atau teori saja yang hebat.[3]
6
3.
Quintilianes
(35-95 m)
Quintilianes dikenal dengan dunia dan
pemikiran praktis yang lazimnya dikaitkan dengan orang Romawi. Keunggulan dalam administrasi gereja,
membangun gedung besar, membangun pelayanan agar suatu Negara berfungsi,
seperti sistem pos, perlautan darat dan laut.
Quintilianes berasal dari Spanyol memperbaiki pendidikan dalam bidang
praktis, guru Romawi yang pertama yang diangkat sebagai guru Rhetorika (seni
bicara di depan umum) yang dibayar dari kas Negara. Kelemahan Quintilianes lebih menekankan
kefasikan berpidato, menjadi suatu nilai mutlak.
Point
pengajaran Quintilianes
1. Karyanya
Institutia Oratoria (pengajar tentang
asa ilmu pidato), baginya keterampilan ini yang penting dikembangkan dalam
sejumlah fungsi kenegaraan dalam kerajaan Romawi. Barangsiapa yang pandai berpidato, dapat
menolong orang-orang lain memperoleh keadilan melalui lembaga-lembaga
Negara. Efek ini sekaligus dapat mempengaruhi
rakyat.
2. Memperlakukan
setiap anak didik sebagai pribadi yang perlu dihormati, karena pada zaman itu
para pendidik tidak merencanakan tugas belajar yang sesuai dengan kemampuan
khusus setiap golongan umur.
3. Kecenderungan
mengandalkan metode menghafal.
7
4. Memanfaatkan
pengaruh tekanan teman sebaya. Bakat
seorang dikembangkan dalam kelompok belajar itu, karena di sana ia belajar baik
dari kegagalan maupun prestasi anak-anak lain.
5. Quintilianes
menolak hukuman kepada siswa, menghina diri sipelajar. Kekerasan menunjukan kegagalan guru. Guru hendaklah mempunyai sifat keibu bapaan
terhadap murid dan memandang diri sebagai wakil orangtua.
6. Mengembangkan
keinginan setiap diri murid untuk bertindak dengan budi yang tinggi.
7. Sadar
akan pentingnya senggang waktu bagi pelajar (para pelajar boleh bersantai).
Pandangan
terhadap tokoh Quintilianes dan implikasi
1. Sangat
menekankan satu aspek saja, yakni kemampuan berpidato, sehingga merelatifkan
aspek lain dari pendidikan.
2. Tidak
ada hubungan langsung antara perilaku anak-anak dengan kemampuannya menghafal.
3. Anak
didik harus diperlakukan sebagai seorang pribadi yang harus dihormati.
4. Penekanan
waktu senggang, agar anak tidak stress dan cepat bosan.[4]
8
B.
Pendidikan
Agama Yahudi
Hubungan
erat antara paguyuban Yahudi dan Kristen dapat dilambangkan dengan penemuan
para ahli purba kala di kota Jaresy, Palestina kuno, pada dasawarsa ke-3 abad
ke-20. Di bawah gedung gereja Byzatium
dari abad ke 6 M, telah ditemukan reruntuhan suatu rumah ibadat agama Yahudi
yang jauh lebih tua lagi. Sebagaimana
gedung gereja dibangun atas gedung ibadat Yahudi, demikian pula gereja,
termasuk pendidikannya, dikembangkan atas warisan Yahudi. Perkembangan agama Yahudi dapat dibagi dalam
dua zaman pokok, zaman pertama itu mulai dari terbentuknya bangsa Israel dan
berjalan terus tahun 586 sM, yaitu kejatuhan kerajaan Yehuda dan pembuangan
kaum elitenya ke Babel. Zaman kedua
mulai dengan pembuangn dan diteruskan sampai permulaan gerakan Kristen.
1.
Permulaan
Bangsa Israel sampai Pembuangan ke Babel
Berdasarkan
sejarah, bangsa Israel berasal dari salah satu suku semit yang terlibat
perpindahan umum 4000 tahun yang lalu di daerah barat daya Asia. Perpindahan itu terjadi ribuan kali dalam
sejarah perjalanan umat dari segi iman suku yang dipimpin oleh Abram merupakan
pemanggilan Allah untuk meninggalkan tanah airnya. Beberapa keyakinan teologis ini yang
merupakan dasar bagi beberapa keyakinan teologis yang menyoroti pendidikan
agama Yahudi, baik isinya maupun pola pelaksanaannya.
a. Dasar
Teologi Pendidikan Agama Yahudi, berdasarkan keyakinan bahwa Allah memanggil
Abram dan ia menjawab melalui imannya, keturunannya dinamakan bangsa yang
terpilih.
9
b. Tujuan
Pendidikan Agama Yahudi, melibatkan angktan mudah dan dewasa dalam sejumlah
pengalaman belajar yang menolong mereka mengingat perbuatan ajaib yang
dilakukan Allah pada masa lampau, serta membimbing serta mengharapkan
terjadinya perbuatan sama dengan pernyataan di tengah-tengah kehidupan mereka
guna memenuhi syarat-syarat perjanjian, baik yang berkaitan dengan kebaktian
keluarga dan seluruh persekutuan maupun mencakup perilaku yang sesuai dengan
kehendak Tuhan, sebagaimana ia tugaskan dalam urusan sosial dan pemeliharaan
ciptaan yang dinamakan baik oleh Tuhan.
c. Pengajar-pengajar,
empat golongan pemimpin (kaum imam yang melayani Allah dan jemaat-Nya, nabi
sebagai mengumumkan Firman teguran, hukuman dan perdamain serta mendorong
pemikiran orang dewasa, kaum bijaksana yang kita dapat dalam kitab Amsal, Ayub
dan Pengkhotbah, golongan keempat yaitu penyair yang mengajar jalan mendobrak
hati umat melalui irama dan perkatan simbolis) dan ditambah orantua sebagai
pengajar di rumah yang menganggap dirinya penengah yang memuarakan pengalaman
nenek moyang mereka dengan Tuhan kepada setiap angkatan baru.[5]
10
2.
Pembuangan
ke Babel dan Permulaan Zaman Masehi
Sesudah
sebagian besar dari akum atasan Yahudi dibuang ke Babel, teologi mereka yang
dulu dianggap cukup teguh, tercacat perlu dipikirkan ulang. Akibatnya peninjauan itu mempengaruhi teori
dan praktek pendidikan agama Yahudi.
a. Dasar
Teologi Baru untuk Pendidikan Agama Yahudi, berangsur-angsur para pemimpin
rohani Yahudi di Babel mulai mengembangkan teologi baru dari abu bencana yang
sedang menimpah mereka bersama. Titik
berat pendidikan Agama Yahudi melihat umat Tuhan yang mendapat penghukuman dari
Allah yang melanggar Taurat sehinggah di tanah airnya menitik beratkan pentingnya
menaati semua peraturan yang berhubungan dengan kebaktian di Bait Allah dan
gaya hidup Lahiriah.
b. Lembaga-lembaga
Pendidikan Agama Yahudi, diantaranya seperti:
Lembaga rumah ibadat (sinagoge) (luk. 2:46, kis. 13:15). Dahulunya merupakan pertemuan beberapa
keluarga bersama ahli Taurat berkumpul dan berdoa membicarakan keadaan mereka
dalam terang Taurat Tuhan. Untuk
mengobarkan api iman situasional mereka dalam pembuangan (Maz. 137:4). Sinagoge merupakan tempat pengajaran (tahun
20 sM-50 M).
c. Gaya
Mengajar di SEkolah Yahudi,
menitikberatkan menghafal 22 huruf abjad Ibrani dan menulis dan
membaca. Para guru mensiasati untuk
mempercepat proses belajar seperti menempatkan seorang murid tidak begitu
tertarik tugas itu dekat seorang anak yang rajin dan pintar.
11
d. Para
Pelajar, anak didik terlatih untuk berpikir secara agamawi dalam menghadapi
urusan sehari-hari, dan pada dasarnya kehidupan masalah hidup bersifat
teologis. Ruang lingkup terhadap
kurikulum terbatas, tetapi apa yang dapat dipelajari dengan serius.[6]
12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendidikan
itu dimulai sejak agama muncul dalam kehidupan manusia. Anak-anak adalah anugerah yang harus dididik
oleh orang tua dan guru agar dapat bertumbuh dalam iman akan Yesus Kristus. Selain dalam lingkungan keluarga pendidikan
agama juga harus berlangsung dalam lingkungan jemaat dan juga dalam lingkungan
sekolah. Pendidikan agama Kristen
memiliki peranan yang sangat penting dalam menanamkan kepada semua orang. Dalam pendidikan kita kadang mendapatkan
masalah dan kendala sehingga dalam dunia pendidikan khususnya Pendidikan Agama
Kristen memerlukan metode, metode merupakan cara dalam pengajaran PAK yang
efektif dan efisiens. Usaha mencari akar
pendidikan agama Kristen di masa lampau sangat menantang nenek moyang kita.
13
DAFTAR PUSTAKA
Robert R. Boehlke,
P.H.D, Sejarah Perkembangan, Pikiran dan
Praktek Pendidikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2018.
Fredrik Warmer, Model Pergumulan Pembelajaran PAK, 2011
Thomas H. Groome, Christian Religious Education, PAK, BPK
Gunung Mulia, Jakarta, 2018.
[1] Robert
R. Boehlke, P.H.D, Sejarah Perkembangan,
Pikiran dan praktek Pendidikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakart,
2018.
[2] Frederik
Warmer, Model Pergumulan Pembelajaran
PAK, 2011.
[3] Thomas
H. Groome, Christian Religious Education,
PAK, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2018.
[4] Robert
R. Boehlke, P.H.D, Sejarah Perkembangan,
Pikiran dan praktek Pendidikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakart,
2018.
[5] Frederik
Warmer, Model Pergumulan Pembelajaran
PAK, 2011.
[6] Thomas
H. Groome, Christian Religious Education,
PAK, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2018.
Tag :
Pengetahuan Kristen
0 Comments for "Dasar Pendidikan Agama Kristen Masa Kuno"