KUDUS Atau keKUDUSan

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
            Kata kudus atau kekudusan sangat sering dipakai dalam Alkitab, demikian juga dalam Perjanjian Lama. Salah satu ayat yang sangat popular yaitu “Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus” (Im. 19:2b). Banyak orang memahami bahwa kekudusan dengan sederhana adalah “dipisahkan” atau “dikhususkan”; kita dipisahkan atau dikhsuskan Allah menjadi umat pilihan-Nya.

B. RUMUSAN MASALAH
            Berdasarkan latar belakang di atas maka yang akan menjadi rumusan masalah adalah:
a. apa yang dimaksud kekudusan?
b. bagaimana pengertian kudus (kekudusan) dalam perjanjian baru?
c. bagaimana kekudusan allah dalam perjanjian lama?
d. bagaimana kekudusan allah  dalam hubungan dengan umat-nya?


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kudus (Kekudusan)
            Kekudusan dalam istilah Ibrani disebut qadosi yang artinya terpisah, dikhususkan, terpotong dari, dilepaskan seseorang atau benda, dan dikhususkan bagi Tuhan supaya Tuhan dapat memakainya. Kadang-kadang qadosi dan qodesi diartikan dengan suci, kalaupun perbedaan antara kudus dan suci tidaklah gamblang, karena kudus mengacu kepada kualitas hakiki Tuhan dan manusia sedangkan suci mengacu kepada setiap yang menjurus kepada kekudusan.[1]
            Pengertian kudus yang berarti dipisahkan mencakup dua hal yakni, dipisahkan dari hal-hal duniawi yang bertentangan dengan kehendak Allah, dan dikhususkan menjadi milik sang pembebas yaitu Allah (Im. 19:2).[2] Kudus (qados), sejak semula diarahkan untuk bidang keagamaan, misalnya: sebidang tanah, sebuah bangunan, peralatan dalam tempat ibadah, bahkan seekor kuda juga dapat dianggap kudus sejauh itu semua dikhususkan untuk maksud keagamaan dan peribadatan. Namun perasaan mengenai kuasa mengagumkan yang terdapat dalam benda-benda kudus ini tidak boleh disamakan dengan nilai-nilai moral dan etis. Kudus atau kekudusan merupakan suatu sifat orang atau sesuatu yang sepenuhnya sesuai dengan tujuan atau maksud keberadaannya yang bulat dan utuh. Sebenarnya hanya Allah yang kudus, Ia adalah misteri yang menggetarkan dan menakjubkan. Ia sama sekali berbeda dengan manusia karena maha kudus (Yes 6:3,5) sekaligus merupakan sumber kesempurnaan rohani dan moral. Dalam perjanjian Lama yang termasuk ke dalam hukum kesucian (Imamat 17-26) sehingga ini menjadi pegangan sekaligus menjadi ajakan bagi orang-orang Israel untuk menjadi Kudus, karena Allah mereka adalah Allah yang kudus (Im 19:2, 20:26). Selain benda, tempat upacara, kitab suci, hukum dan perjanjian juga dapat disebut kudus sejauh dikuduskan dan disucikan bagi Allah.
Tempat ibadah dikuduskan karena dianggap suci dan keramat. Alat-alat disana juga disebut kudus, misalnya: piring, mangkuk, bejana, meja, dan itu semua dianggap kudus dalam Perjanjian Lama karena itu berhubungan dengan ritual menyembah Tuhan. Bagi bangsa Mesopotamia kata kudus dipakai untuk julukan dewa (allah kesuburan) dan itu sangat penting dalam kehidupan Mesopotamia. Bagian tubuh juga disebut kudus, yakni: tangan yang kudus, hati yang kudus. Bagian tubuh Allah dianggap kudus karena berbeda dan tubuh makhluk hidup dan memiliki rasa kehormatan. Imam juga disebut kudus karena ia mengambil bagian dalam bidang ke-Tuhanan. Imam juga disebut kudus karena mereka bernyanyi dengan keramat, suci dan kudus, ditempat yang kudus.
            Penjelasan lain mengatakan bahwa akar kata  qados kemungkinan tidak berasal dari Ibrani tetapi dari tradisi Kanaan yang kemudian diambil alih oleh agama-agama sekitar. Sedangkan dalam bahasa Ibrani asli, kata yang dekat dengan kudus yaitu kata (haram) artinya “dari apa yang dilarang”.[3]
            Ada beberapa istilah Kekudusan Dalam Perjanjian Lama, yakni:
a). Kudus atau kekudusan dalam bentuk kata sifat
            Artinya suatu peralihan kepada fakta-fakta keagungan atau kekudusan. Kudus mengandung arti tentang lingkaran suci/keramat, terang dan terpisah dari hal yang kotor. Qodes merupakan suatu kualitas yang digunakan untuk Tuhan atau memuji Tuhan, contoh: hari yang kudus yaitu sabat (Yes. 53:13), kata ini terdapat 469 kali dalam PL.Qados menyangkut tentang pribadi yang kudus, pikiran, tempat, atau waktu yang diabdikan untuk Tuhan dan terdapat sebanyak 127 kali dalam PL. Qados ini juga mengacu kepada pribadi Tuhan (Kel. 15:11) baik roh-Nya, nama-Nya, perbuatan-Nya (Yes. 52:10), jalan-Nya (Mzm. 77:1), juga mengacu kepada manusia, imam (Im. 21:6), objek persembahan (Kel. 29:33) dan persembahan (Kel. 28:38).
            Seperti, Gelar hanya Israel yang kudus, ini menggambarkan supremasi Allah yang melebihi kesetiaan dan juga kesempurnaan moral (Yes. 30:12). Hanya “Israel yang kudus” ini merupakan kepercayaan masyarakat terhadap perjuangan Israel ketika Allah memberikan peradilan dalam peperangan umatNya karena hanya Allah yang kudus. Orang yang penuh dosa, kesalahan, memandang rendah terhadap Israel yang kudus (Yes. 1:4, 30:5), oleh karena itu Dia menegur ciptaanNya Israel yang kudus itu dan menebus Israel keluar dari tanah perbudakan.
 b). Kudus atau kekudusan dalam bentuk kata kerja
            Dalam hal ini Allah yang menjadi subjeknya dan terdapat sebanyak 12 kali dalam PL dimana Allah menunjukkan kekudusan diri-Nya di dalam Israel dan dalam dunia orang kafir (diluar Israel). Allah menunjukkan kekudusan-Nya sebagai hakim (Im. 10:3; Bil. 20:13) dan memperlihatkan janji-Nya (Yes.5:6), serta memindahkan status umat dengan membersihkan mereka dari hal-hal yang kotor. Allah membuat mereka berkembang ke seluruh dunia, dan Dia akan menunjukkan diri-Nya kepada mereka, kepada semua suku bangsa bahwa hanya Dia yang kudus, sehingga bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Dia adalah Allah.
            Bangsa-bangsa akan mengetahui Tuhan itu adalah Allah yang kudus. Untuk membawa perseorangan kepada tempat yang kudus, subjeknya mungkin Allah atau manusia. Allah Israel adalah kudus (Kel. 31:13), Ia memulihkan Israel menjadi kudus (Ezek. 20:12 ), mengkuduskan namaNya yang sudah kotor di tengah bangsa-bangsa (Ezek. 36:23). Dalam Kej. 2:3 dikatakan bahwa sabat adalah kudus, Musa (Kel. 19:10), Jos. 7:13, Ay. 1:5, dan 1 Sam. 16:5, menguduskan suatu bangsa atau individu. Salomo juga menguduskan pertengahan pelataran yang di depan rumah Tuhan (1 Rj. 8:64).
Harun dan anak-anaknya diminta dalam proses menguduskan, yang mana mereka membawakan pakaian yang kudus, memberi perminyakan yang kudus, menobatkan dan memakan persembahan (Kel. 28:3, 41, 29:1, 33, 30:30). Manusia juga bisa menjadi subjek dalam proses menguduskan diri yang disebut dengan istilah hitqaddesy (הִתקּש) yang artinya menguduskan diri (Kel. 19:22), terdapat24 x dalam PL, Ini memasuki kepada suatu tempat kudus yang sudah melewati kesalehan. Perlindungan seseorang terhadap dirinya, ketika dia sudah mengeluarkan hidupnya dari komunitas yang tidak bersih atau ketika dia datang untuk bersekutu dengan Allah. Betseba membersihkan dirinya dari yang tidak bersih sebelum Daud tidur dengannya (2 Sam. 11:4). Imam sudah melindungi diri mereka ketika mereka mendekati Allah untuk melekukan tugas peribadatan (Kel. 19:22, 1 Kro. 15:12).
Kata kerja kudus ini merupakan pengabdian, bukan dengan implikasi ibadah sementara, tapi memindahkan kepada posisi kesalehan, yang mana pengabdian seseorang bukan untuk yang bersifat exklusive. Fokus dari proses pengabdian ini merupakan perbuatan untuk menghormati kekudusan Allah (Bil 20:12) yang dipisahkan untuk maksut keTuhanan.[4]
B. Pengertian Kudus (Kekudusan) dalam Perjanjian Baru
            Dalam pengertian yang sama dengan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani (hagios) diartikan dengan memisahkan dan menjadikan milik Allah. Istilah ini juga menyatakan bahwa Allah adalah satu-satunya yang kudus (Hos. 11:9, Yoh. 17:11). Namanya harus dikuduskan dalam arti Allah itu harus diakui sebagai Allah semua manusia (Yes. 6:3; Mat. 6:9). Selain itu istilah hagios ini adalah juga menunjukkan sikap kesetiaan manusia terhadap Allah atau keserasian dunia ciptaan dengan hukum ilahi.
            Ada beberapa Istilah kudus dalam Perjanjian Baru, yakni:
a. Hagios yang artinya kudus, yang ditahbiskan (kemah suci), bait suci, ruang suci atau ruang maha suci. Hagios mempunyai konsep yang sama dengan qados, dan merupakan konsep kultus. Hal ini diindikasikan dengan kesucian / kesetiaan dan kekuatan untuk pendekatan kepada Ilahi. Hagios tidak digunakan untuk relasi manusia dalam hubungan kultus, tapi sejumblah besar peristiwa hagios digunakan pada pribadi dan sangat penting dalam hubungan dengan Tuhan (Yoh. 17:11, 1 Pet. 1:15). Hagios mempunyai dasar pemikiran yang sama mengenai keterpisahan dan kesucian terhadap Allah. Kata maha kudus dalam Kis. 2:27 dan kata kudus dalam Why. 15:4 adalah terjemahan dari kata Yunani hagios (di tempat lain diterjemahkan suci / saleh), yaitu hubungan yang benar dengan Allah, mungkin juga dalam pengertian kekasih.
b. Hagiaso yang artinya menguduskan, mengasingkan, septuaginta menerjemahkan dengan upacara pendamaian / penebusan (Kel. 29:33, 36). Pengudusan dapat dicapai dengan praktek kultus (Kel. 19:20, Ul. 5:12), dengan satu subjek dan objek Ilahi. Hal ini juga dapat dianggap menyangkut penyataan (Kej. 2:3, Kel 19:23). Subjeknya adalah pribadi, apakah Allah, hakim, bangsa atau umat, tapi Allah jarang sebagai objek. Objek tersebut kebanyakan Imam, bangsa, tempat kudus serta bejana yang kudus. Melalui pengudusan mereka dipisahkan dari sifat duniawi dan najis.
c. Hagiasnos yang artinya pengudusan (menguduskan). Menguduskan disini lebih baik dari peristiwa pengudusan, karena tindakan menguduskan hanya dapat dilakukan oleh seorang yang kudus. Tindakan menguduskan diri itu selalu dikerjakan atas dasar status pengudusan yang dicapai dalam pendamaian (band Why. 22:11).
d. Hagiotes artinya sifat yang kudus, pengudusan, hanya terdapat dalam Ibr. 12:10.
e.  Hagioi artinya sifat yang kudus. Kata ini juga dipakai sebagai petunjuk rasuli bagi orang-orang kudus. Arti utamanya adalah hubungan dengan pribadi, menggambarkan sifat, terutama sifat seperti Kristus. Dimana-mana dalam PB ditekankan arti kekudusan secara etis, bertentangan dengan hal-hal yang kotor. Kekudusan juga merupakan panggilan tertinggi bagi orang Kristen dan tujuan dari pada hidupnya.[5]
C. Kekudusan Allah dalam Perjanjian Lama
            Kudus menggambarkan transendensi Allah. Yahweh, kerena kekudusan-Nya berdiri bertentangan dengan ilah-ilah (Kel. 15:11) demikian juga dengan seluruh ciptaan (Yes. 40:25). Istilah kekudusan juga menunjuk kepada hubungan, dan mengandung arti ketentuan Allah untuk memelihara kedudukan-Nya sendiri terhadap makhluk-mahkluk bebas lainnya. Itu adalah pengesahan Allah sendiri, ‘sifat dalam nama Yahweh menjadikan diri-Nya sendiri ukuran mutlak bagi diri-Nya sendiri’. Sifat Allah yang paling khas dalam PL adalah kekudusan-Nya. Walaupun bangsa-bangsa, benda-benda, dan tempat-tempat disebut kudus, tetapi ini hanyalah dalam arti “dikhususkan bagi Allah”; sebenarnya hanya Allahlah yang kudus. Kekudusan itu berarti bahwa Dia betul-betul murni dalam sikap dan pikiran. 
            Ketika makna kudus ini dikaitkan dengan “pemisahan”, maka bila konsep ini dipakai tentang Allah sendiri, ada dua hal dampaknya: Pertama, Allah terlepas dari oknum-oknum lain; hanyalah Dialah Allah. Dalam pengertian ini, kekudusan Allah mirip dengan kemuliaan-Nya. Hal ini diungkapkan dalam penglihatan Yesaya: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya” (Yes. 6:3). Kedua, yang dimaksud dengan kekudusan Allah dalam pengertian etis adalah pemisahan diri-Nya dari segala sesuatu yang menentang dan melawan Dia. Inilah dasar semua perbedaan moral. Yang baik adalah yang dikehendaki Allah; yang jahat adalah yang menentang dan melawan kehendak-Nya. Allah yang kudus senang kepada kabaikan dan kebenaran serta membenci yang segala yang jahat. Benda-benda dan tempat dikatakan kudus bukan karena tempat tersebut menakutkan tetapi karena Allah sendiri hadir dalam tempat terebut dan kehadiran Allah berhubungan dengan tempat tersebut.[6]
D. Kekudusan Allah  dalam hubungan dengan umat-Nya
            Kekudusan Allah sangat berhubungan dengan umat yang dipilihNya. Pemilihan/ perjanjian adalah ungkapan unik tentang kekudusan Allah. Karena Allah kudus maka Allah juga menuntut umat-Nya untuk hidup kudus (Im. 11:44). Allah menunjukkan kekudusanNya dalam tindakan-tindakanNya demi keselamatan umat yang sudah dipilihNya (Bil. 20:13). Dengan alasan ini maka Allah disebut sebagai yang kudus Israel, karena Israel dikuduskan bagi Allah. Allah yang kudus bagi Israel terdapat 30 x dalam kitab Yesaya, Maz. 71:22, Yer. 50:29, dsb. Allah yang kudus merupakan pernyataan dalam sejarah Israel untuk menebus perbuatan-perbuatan dari AnugrahNya dan menembus kekerasan pengadilanNya.
            Dalam Amos 4:2 di sana dikatakan “Tuhan Allah bersumpah demi kekudusan-Nya” itu berarti Allah mengangkat sumpah yang paling berat yakni bersumpah demi hakekat-Nya sendiri. Kata benda dari kudus juga mengacu kepada Roh Allah dan RohNya juga mengacu kepada umatNya selama keluaran. Allah membentuk Israel melalui duka cita mereka ketika mereka memberontak Allah yang kudus, yang datang dengan segala kesempurnaan dan melebihi dari segalanya. Kekudusan bukan melekat pada ciptaan, tapi datang dari inisiatif Allah sendiri. Waktu dunia dikuduskan dalam pengertian terang dipisahkan dari gelap. Allah yang kudus terbebas dari moral yang tidak sempurna dan kelemahan manusia. Allah yang kudus pada hakekatnya memanggil umat-Nya juga untuk menjadi kudus. Allah tidak hanya melambangkan ketuhanan, tapi Allah itu terbebas dari dosa.[7]
            Para nabi memproklamirkan kekudusan sebagai penyataan sendiri oleh Allah, kesaksian yang Ia terapkan pada diri-Nya sendiri dan segi yang Ia kehendaki supaya makhluk ciptaan-Nya mengenal Dia demikian. Para nabi menyatakan bahwa Allah menghendaki untuk mengkomunikasikan kekudusan-Nya kepada makhluk ciptaan-Nya dan sebaliknya Ia menuntut kesucian dari mereka. Seperti bangsa Israel, dengan hubungannya dengan Allah, menjadikan Israel satu bangsa yang kudus, dan dalam pengertian ini mengacu kepada pengungkapan tertinggi hubungan perjanjian Israel dengan Allah. Dengan pengungkapan kekudusan yang diberikan Allah, menyatakan supaya mereka dapat menjadi orang yang mengambil bagian dalam kekudusan-Nya.[8]

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kekudusan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan orang Kristen yang percaya kepada Allah. Allah yang maha kudus, menguduskan umatnya. Kekudusan Allah sangat berhubungan dengan umat yang dipilihNya. Pemilihan/ perjanjian adalah ungkapan unik tentang kekudusan Allah. Karena Allah kudus maka Allah juga menuntut umat-Nya untuk hidup kudus (Im. 11:44). Allah menunjukkan kekudusanNya dalam tindakan-tindakanNya demi keselamatan umat yang sudah dipilihNya (Bil. 20:13). Kekudusan Allah menuntut kekudusan umat-Nya, artinya: umat Allah, yang adalah sekutu Allah, juga harus hidup terpisah daripada segala dosa, dan mempersembahkan seluruh hidupnya bagi Allah. Kita juga dapat melihat bahwa kekudusan terlihat dalam aspek rohani dan juga aspek jasmani. Hidup bersih juga dalam artian rohani dan jasmani. Dalam hal jasmani, hidup yang bersih menjadi bagian didalamnya. Sehingga kekudusan yang kita pahami, didalam diri kita haruslah mencakup secara keseluruhan akan keberadaan kita.



[1] R.A. Finlayson, Kudus dalam Ensiklopedia Alkitab Jilid I, (Jakarta: YKBK, 1992), hlm. 617
[2] David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK-GM, 2002), hlm. 37
[3] Christoper Wright, Hidup sebagai Umat Allah,( Jakarta: BPK-GM, 2007), hlm. 112
[4] R.A. Finlayson, Kudus dalam Ensiklopedia Alkitab Jilid I, Op.cit., hlm. 617
[5] A. Finlayson, Kudus dalam Ensiklopedia Alkitab Jilid I, Op.Cit., hlm. 12
[6] William Dyrness, Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2004), hlm. 36
[7] Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, (Jakarta: BPK-GM, 2009), hlm. 97-98
[8] Barnabas Ludji, Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 1, (Bandung: Bina Media Informasi, 2009), hlm. 93



Author : 
KELOMPOK 3

IKTOS
TIRZA
AGUSTINA DATU
DESTIN MANGENDA

0 Comments for "KUDUS Atau keKUDUSan"

Back To Top