ABRAM DIPANGGIL ALLAH (KEJADIAN 12:1-9)



A.   Latar Belakang
          Kitab kejadian disebut sebagai buku tentang asal mula, karena asal mula alam semesta, asal mula penciptaan umat manusia, asal mula kejatuhan, dan asal mula pekerjaan penyelamatan oleh Allah dimulai di kitab Kejadian. Akan tetapi, kitab Kejadian bukan hanya merupakan permulaan hal-hal tersebut, melainkan juga merupakan pendahuluan dari seluruh Alkitab dan buku yang memperlihatkan cetak biru sejarah penebusan.[1]Kitab kejadian juga  merupakan sebuah eptik, sebuah drama yang besar dan megah. Kitab tersebut di mulai pada awal kejadian alam semesta. Allah menciptakan dunia ini, dunia yang baik. Ia menciptakan manusia, titik puncak dari semua ciptaannya. Kitab Kejadian, yang menyatakan bahwa alam semesta serta segala isinya diciptakan Tuhan Allah. Dan menurut Perjanjian Lama, Allah telah menciptakan segala sesuatu yang ada dari yang tidak ada, dan secara khusus menciptakan manusia untuk menjadi wakilNya di dunia.
          Prolog atau prakata menceritakan kepada kita sejarah umat manusia secara umum selama beberapa ribu tahun. Kita melihat ciptaan Allah yang baik ini berangsur-angsur makin membusuk akibat dosa manusia yang mencoba seperti Allah. Lalu banjir besar menyapu bersih segala sesuatu. Kemudian dijadikan lagi segalanya baru dari permulaan- yang berakhir dengan perbuatan bodoh manusia di babel, dan mengakibatkan perpecahan serta tercerai berainya bangsa-bangsa. Dalam pasal 12 penekanannya bergeser. Dari sejarah manusia secara umum fokus kita dialihkan keriwayat satu individu, yaitu Abraham, dan keturunannya. Allah tidak akan menghancurkan ciptaanNya. Malah Ia mulai bekerja, melalui satu orang pilihannya, dan satu bangsa pilihanNya, untuk memperbarui dunia. Kitab Kejadian kemudian menceritakan Isak dan Yakub  sampai pada kematian Yusuf di Mesir. Dan kisah mengenai maksud Allah yang besar bagi umat manusia masih baru. Hal itu berlanjut terus melalui halaman-halaman kitab suci sampai pada kata-kata terakhir dari kitab Wahyu.[2]
          Pada zaman dahulu orang memandang alam dan kekuatan-kekuatannya sebagai makhluk-makhluk ilahi. Manusia dan alam tidak dimengerti dengan cara yang berbeda. Gejala alam dipandang menurut pengalaman manusia. Manusia hidup di dunia yang bersifat sangat pribadi dimana semua benda dianggap berjiwa. Karena itu, ilah-ilah memiliki banyak pribadi dan biasanya pribadinya teratur dan seimbang. Pandangan seperti inilah yang di tolak oleh penulis Kejadian 1 dengan menegaskan “pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”. Dalam pandangannya, alam diciptakan atas perintah Allah. Ia ada sebelum alam ini ada dan tidak bergantung padanya. Matahari, bulan, bintang-bintang dan planet-planet yang dianggap orang Babel sebagai dewa-dewa yang mengatur peristiwa-peristiwa dalam hidup manusia, sama sekali tidak di sebut. Benda-benda angkasa itu hanyalah penerang yang menyinari bumi. Laut dan darat tidak lagi merupakan ibu dunia yang melahirkan hal-hal yang lai, melainkan ditempatkan dalam keadaan sebenarnya. Penulis tidak menganggap alam sebagai ilah, karena pendewaan terhadap alam menuju politeisme.
          Dan dalam bahasa Ibrani, Kitab kejadian juga disebut beresyit ‘pada mulanya’ yaitu kata pembuka kitab tersebut. Nama ini sesuai, karena Kitab Kejadian menceritakan awal dari segala sesuatu yang berhubungan dengan iman umat Allah dalam Alkitab. Berdasarkan isinya, kitab ini terbagi dalam dua bagian yang dapat dipisah dengan jelas: Kejadian 1-11, sejarah zaman permulaan dan Kejadian 12-50, sejarah Bapak leluhur. Kejadian 12-50 mengemukakan Asal mula sejarah keselamatan dalam pemilihan Allah atas para leluhur dan janji-Nya tentang tanah dan keturunan. Kedua riwayat itu merupakan pengantar dalam sejarah umat pilihan Allah yang terbentuk melalui pembebasan Allah di Laut Merah dan pemberian perjanjian kepada Musa di Sinai.[3]



B.   ANALISA STRUKTUR
Pasal 12 dalam kitab Kejadian bisa di bagi dalam beberapa bagian, yaitu:
·        Ayat 1-3, Panggilan Allah terhadap Abram untuk pergi ke tanah Kanaan.
·        Ayat 4-5, menyatakan ketaatan Abraham terhadap panggilan itu, dan  menyatakan mengenai kedatangannya di tanah Kanaan dan karena keberangkatan dan perjalanan Abraham yang merupakan jawaban panggilan Allah terhadap Abraham. Karena sejak awal kisah ini menekankan kebenaran bahwa ketaatan kepada Allah. Dan Abram menaati Firman Tuhan. Ketaatannya meliputi tindakannya meninggalkan rumah dan negerinya serta percaya pemeliharaannya, bimbingan, dan janji-janji Allah.
·        Ayat 6-9, kedatangannya di tanah Kanaan.
·        Ayat 10-13, perjalanannya ke Mesir, disertai dengan cerita tentang apa yang terjadi dengan dia disana. Kepergian Abram dan kesalahan yang diperbuatnya.
·        Ayat 14-20, bahaya yang menimpa Sarai dan pembebasannya. [4]
Namun, yang menjadi fokus penjelasan saya ialah hanya pada pasal 12:1-9 bukan keseluruhan pasal 12
C.   ANALISA TAFSIR
Ø AYAT 1-3.
          Allah yang mahamulia menampakkan diri kepadanya untuk memberinya panggilan ini, Dia menampakkan diri dalam rupa kemuliaanNya yang begitu rupa sehingga tidak meninggalkan ruang bagi Abram untuk meragukan adanya wewenang ilahi dalam panggilan ini. Dalam panggilan ini diberikan kepadanya di Mesopotamia sebelum ia menetap di Haran. Oleh sebab itu, benarlah jika kita membacanya. Tuhan sudah berfirman kepada Abram, yaitu di Ur-Kasdim. Dan dalam ketaatan dalam panggilan ini, Allah telah memindahkan Dia ke tanah Kanaan. Menurut sebagian orang Haran terletak di Kasdim, dan dengan demikian masih merupakan bagian dari negeri asal Abram, atau bahwa Abram, setelah tinggal disana selama lima tahun, mulai menyebutnya sebagai negerinya.[5] Dan beberapa penafsir mencela Abraham karena tanggapannya yang lambat, karena kurang peka terhadap pesan Allah. Akan tetapi, celaan ini agaknya keras sekaligus tidak akurat. Kelambatan itu mungkin sekali adalah akibat dari berbagai pertimbangan pribadi atau keluar, seperti usia Terah yang sudah tua. Abraham sedang menunggu saat yang tepat untuk memutuskan hubungan dengan keluarganya, dan ketika saat itu tiba, Allah mengulang panggilan itu. Perlu ditekankan juga bahwa Allah memanggil, atau memilih, Abraham bukan karena sesuatu kebaikan di pihak Abraham. Sebaliknya, latar belakang Abraham adalah politeistis, dan apapun yang dia peroleh dari tangan Allah merupakan ungkapan kasih karunia yang murni. Apa yang dikatakan tentang Abraham dapat dikatakan juga tentang setiap orang yang datang kepada Tuhan karena iman. Yang patut kita terima hukuman dengan murah hati ditahanNya, dan hal yang tidak patut kita terima, berkat pengampunan dengan Cuma-Cuma diberikan-Nya.
           Bagi seorang yang imannya lebih kecil, persyaratan Allah kepada Abraham (ayat 1) akan mengejutkan pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu, dan dari rumah bapamu. Dengan kata lain, Abraham harus meninggalkan sama sekali semua yang berarti baginya, seorang penduduk Mesopotamia. Imannya tidak buta karena ia mengetahui kuasa Allah dan memiliki janjiNya akan menunjukkan kepadanya suatu negeri yang baru. Tentu saja, Allah jarang menuntut korban perseorangan dari seseorang tanpa memberi imbangan berkat-berkat yang bahwakan lebih besar. Perginya Abraham dari Mesopotamia dan rumah ayahnya mungkin berarti ia kehilangan warisannya, tetapi betapa jauh lebih besarnya hal-hal yang dijanjikan Allah. Memang, ia akan meninggalkan suatu negeri dengan kota-kota besar yang kaya akan barang materi, tetapi Tuhan menjanjikan suatu warisan baru yang akan meliputi suatu negeri yang lain. Meskipun kepemilikan Israel atas negeri itu berulang kali terancam, Israel tidak pernah kehilangan negeri itu seluruhnya. Janji Allah itu pasti dan tanpa syarat. Mempertahankan negeri itu tidak bergantung pada kekuatan Abraham atau keturunannya. Dalam masa-masa keputusasaan dan kemurtadan, Mikha sanggup berkata bahwa Tuhan akan “menunjukkan setia, kepada Yakub, dan kasih, kepada Abraham”. Sebagaimana Ia telah “bersumpah kepada nenek moyang kami sejak zaman purbaka!”.
          Disamping negeri untuk Abraham sendiri, berkat yang Allah janjikan termasuk juga keturunan bagi Abraham di masa mendatang (ay.2). hal ini mungkin tidak masuk akal sebab Sara mandul dan Abraham sudah berumur tujuh puluh lima tahun, meskipun Abraham diperintahkan untuk meninggalkan rumah dan keluarganya di Mesopotamia, kepadanya dijanjikan bahwa ia akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa, “keturunan Abraham”, disamakan dengan debu tanah dan bintang-bintang di langit karena jumlahnya, melebihi keturunan yang alamiah.
          Allah juga berjanji kepada Abraham bahwa Ia akan “memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat” (ay. 2). Kata yang penting dalam perjanjian ini adalah berkat, yang terdapat dalam bagian ini tidak kurang dari lima kali. Sebagian dari berkat itu adalah membuat nama Abraham masyhur. Para pembangun Menara Babel mengira mereka dapat mencari “nama” bagi diri mereka sendiri menentang Allah. Namun tidak satu pun dari nama-nama mereka yang masih ada sekarang, sedangkan Abraham diingat sebagai seorang yang memiliki iman yang besar, bapa orang percaya, dan “sahabat Allah”. Berkat Allah tidak terbatas untuk bangsa israel keturunan Abraham; segala bangsa di bumi akan diberkati.[6]
Ø AYAT 4-5
          Kepindahan Abrham dari negerinya, pertama-pertama dari Ur kemudian dari Haran, dalam memenuhi panggilan Allah, lalu pergilah Abram. Ia tidak membangkang terhadap penglihatan sorgawi itu, tetapi berbuat seperti yang diperintahkan kepadanya tanpa meminta pertimbangan kepada manusia. Ia menunjukkan ketaatannya dengan cepat dan tanpa di tunda, tunduk dan tanpa membantah. Sebab ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui, kecuali hanya mengetahui siapa yang diikutinya dan dibawah bimbingan siap ia pergi. Demikianlah Allah menggerakkan dia yang mendapat kemenangan di setiap langkahnya.
          Umurnya ketika ia pindah: ia berumur tujuh puluh lima tahun, usia saat seharusnya ia sudah beristirahat dan diam tenang dirumah. Tetapi, kalau Allah ingin membuatnya memulai dunia lagi sekarang dalam usianya yang sudah lanjut, maka ia akan menurut. Ia membawa istrinya, dan kemenakannya Lot bersama-sama dengan dia. Sarai, istrinya tentu saja akan pergi bersama-sama dengan dia. Allah telah menyatukan mereka bersama-sama. Dan tidak ada yang boleh memisahkan mereka. Jika Abram meninggalkan semuanya untuk mengikuti Allah. Maka Sarai pun akan meninggalkan semuanya, untuk mengikuti Abram. Dan mereka membawa serta segala hasil jerih payah mereka, yaitu segala harta benda, dan barang-barang yang dapat dipindahkan, yang didapat mereka.
          Inilah kedatangan mereka yang membahagiakan pada akhir perjalanan mereka, mereka berangkat ke tanah Kanaan. Demikian juga yang sudah mereka lakukan sebelumnya. Dan kemudian segera berangkat, tetapi mereka berhenti sejenak, lalu dengan tangan yang baik dari Allah mereka yang menuntun mereka, tibalah mereka di tanah Kanaan. Di mana melalui pewahyuan yang baru mereka diberi tahu bahwa inilah tanah yang telah di janjikan akan ditunjukkan Allah kepada mereka mereka tidak menjadi patah semangat karena kesulitan-kesulitan yang mereka jumpai di tengah jalan, juga tidak dibelokkan oleh kesenangan-kesenangan yang mereka temui, tetapi terus maju. Apa yang kita lakukan dalam ketaatan pada perintah Allah, dan dalam mengikuti pemeliharaanNya secara rendah hati , pasti akan berhasil, dan pada kesudahannya, akan berakhir dengan penghiburan.
Ø AYAT 6-9
          Orang akan menyangka bahwa setelah Abram diberi panggilan yang luar bisa seperti itu untuk pergi ketanah Kanaan, suatu peristiwa besar seharusnya terjadi setelah kedatangannya disana, bahwa seharusnya ia disambut dengan segala kemungkinan tanda penghormatan dan penghargaan. Dan bahwa raja-raja Kanaan seharusnya langsung menyerahkan mahkota-mahkota mereka kepadanya dan memberinya penghormatan. Tetapi tidak, ia datang tanpa diketahui, ingin agar ia hidup dengan iman, dan memandang Kanaan, sekalipun ia berada di dalamnya sebagai tanah perjanjian.
          Betapa besar penghiburan yang dimilikinya di dalam Allah yang di ikutinya. Walaupun ia hanya mendapat sedikit kepuasaan dalam bergaul dengan orang-orang Kanaan yang ditemuinya disana, ia mendapat kesenangan berlimpah dalam bersekutu dengan Allah yang membawanya ke sana, dan ia tidak meninggalkannya. Persektujuan dengan Allah di jaga melalui Firman dan doa itu, sesuai dengan cara-cara pemeliharaan ilahi saat itu, persekutuan Abram dengan Allah di jaga di negeri peziarahannya. Dan Allah menampakkan diri kepada Abram, dalam suatu penglihatan, dan menyampaikan kepadanya perkataan-perkataan yang baik dan menghibur. Dan Abram menyembah Allah dalam upacara-upacara yang ditetapkan-Nya. Ia mendirikan mezbah bagi Tuhan yang telah menampakkan diri kepadanya dan memanggil nama Tuhan.
          Segera setelah Abram sampai di Kanaan, meskipun hanya tinggal sebagai orang asing disana, ia mendirikan dan menjaga ibadah kepada Allah di dalam keluarganya. Dan dimana ada kemahnya, di situ ada mezbah Allah, dan mezbah itu adalah mezbah yang dikuduskan dengan doa. Sebab ia tidak hanya memikirkan sisi upacara dari agama, yaitu korban persembahan, tetapi juga dengan kesadaran hati nurani menjalankan kewajiban alami untuk mencari Allahny, dan memanggil namaNya, yaitu korban rohani yang dikenan oleh Allah.
Ø AYAT 10-13
          Kelaparan di negeri Kanaan, kelaparan yang hebat. Negeri yang subur itu berubah menjadi tandus, bukan hanya untuk menghukum pelanggaran orang-orang Kanaan yang berdiam di dalamnya, melainkan juga untuk menguji iman Abram yang tinggal disana sebagai orang asing. Dan sungguh itu ujian yang berat. Ujian itu menguji apa yang akan dipikirkannya.
          Kepindahan Abram ke Mesir, oleh karena kelaparan ini. Betapa bijaknya Allah mengatur agar ada kelimpahan di satu tempat ketika ada kelangkaan di tempat lain, supaya, sebagai anggota-anggota dari tubuh yang besar, kita tidak berkata satu sama lain, “aku tidak membutuhkan engkau”. Pemeliharaan Allah memastikan agar ada persediaan di Mesir, dan kebikjasaan Abram memanfaatkan kesempatan itu. Sebab, kita menguji Allah, dan tidak percaya kepada-Nya jika, pada waktu susah, kita tidak menggunakan sarana yang telah di sediakan-Nya dengan penuh rahmat untuk mempertahankan kehidupan kita. Kita tidak boleh mengharapkan mujizat-mujizat yang tidak diperlukan.
          Tetapi apa yang terutama dapat diamati disini, bagi pujian Abram, adalah bahwa pada kesempatan itu ia tidak terpancing untuk kembali ke negeri yang sudah ditinggalkannya, atau bahkan melangkah menuju ke negeri itu sekalipun. Tanah kelahirannya terletak di bagian Timur laut dari Kanaan. Dan oleh sebab itu, ketika ia, untuk sementara waktu, harus meninggalkan Kanaan, ia memilih pergi ke Mesir, yang terletak dibagian barat daya, di arah yang berlawanan, agar ia bahkan tak tampak menoleh ke belakang. Meskipun mungkin Allah sang pemelihara, untuk sementara waktu, melemparkan kita ke tempat-tempat yang brurk, tidak seharusnya kita berdiam disana lebih lama dari seperlunya. Kesalahan besar yang diperbuat Abram: yaitu dalam menyangkali istrinya, dan berpura-pura bahwa ia adalah adiknya. Kitab suci tidak berat sebelah dalam menceritakan kelakuan-kelakuan buruk dari orang-orang kudus yang terkenal sekalipun. Semua kelakuan itu di catat, bukan untuk kita tiru, melainkan sebagai peringatan kepada kita, agar siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hati supaya ia jangan jatuh.
Ø AYAT 14-20
          Bahaya yang mengancam Sarai karena membiarkan kemurniaannya direnggut oleh Raja Mesir. Tidak diragukan lagi bahwa bahaya dosa adalah bahaya terbesar yang dapat mengancam kita. Punggawa-punggawa Firaun melihat Sarai, dan dengan mengamati betapa ia adalah wanita yang elok, mereka memuji-mujinya di hadapan Firaun, bukan atas apa yang benar-benar merupakan pujian baginya, kebajikan dan kebersahajaannya, iman dan kesalehannya, melainkan atas kecantikannya, yang mereka anggap terlalu indah untuk jatuh ke dalam pelukan seorang hamba. Mereka menyarankannya kepada raja, dan sekarang ia dibawah masuk kedalam rumah Firaun, seperti Ester dibawa masuk kedalam istana Ahassyweros, untuk diajak ketempat tidurnya.  Kita tidak boleh melihat Sarai sebagai orang yang mendapat kesempatan emas untuk naik kedudukan, melainkan sebagai orang yang masuk ke dalam pencobaan.
          Dan menyebabkan hal itu adalah kecantikannya sendiri dan kebohongan Abram, suatu dosa yang biasanya menjadi jalan masuk bagi dosa yang lebih besar. Selama Sarai sedang berada dalam bahaya ini, Abram mendapat perlakuan yang lebih baik oleh karena dia. Firaun memberi dia kambing domba, lembu sapi, dan sebagainya. Untuk mendapat hatinya supaya Firaun bisa berhasil dengan lebih mudah untuk mendapatkan Sarai, yang dikiranya sebagai adik Abram. Kita tidak bisa berpikir bahwa Abram sudah menduga hal ini akan terjadi ketika ia turun ke Mesir, apalagi sampai mengharapkan untuk menyangkal istrinya. Tetapi Allah mendatangkan kebaikan dari keburukan dan dengan demikian kekayaan orang-orang berdosa ternyata, dalam satu atau lain cara, ditumpuk bagi orang benar.
          Dan dibebaskannya Sarai dari bahaya ini. Dengan kehendak-Nya sendiri Allah berulang kali membebaskan kita dari segala kesesakan dan kesusahan yang kita datangkan karena dosa dan kebodohan kita sendiri. Kalau dia tidak melakukan ini, kita sudah binasa segera, bahkan sudah lama binasa. Kita tidak bisa mengharapkan Allah untuk berjanji melakukan penyelamatan seperti ini kepada kita. Ia tidak memperlakukan kita seperti yang sepantasnya sudah harus kita dapatkan. Firaun menegur Abram, dan kemudian menyuruhnya pergi dengan hormat. Perintah Firaun agar Abram pergi sungguh baik dan sangat murah hati. Ia mengembalikan istrinya kepada dia tanpa melakukan sesuatu yang menghina kehormatannya. Orang-orang yang ingin mencegah ingin mencegah dosa harus menyinggirkan godaannya, atau menjauhkan diri darinya. Firaun juga menyuruh Abram pergi dengan damai, dan sama sekali tidak mempunyai rancangan untuk membunuhnya, seperti yang di khawatirkan Abram, tetapi sebaliknya justru mempedulikannya secara khusus. Kita sering membingungkan dan menjerat diri kita sendiri dengan ketakutan-ketakutan yang akan segera terlihat tidak berdasar sama sekali.
          Pembebasan Abram dari Mesir ini dan pembebasan keturunannya dari sana: 430 tahun sesudah Abram pergi ke Mesir karena kelaparan, mereka pergi kesana karena kelaparan juga. Ia dibawa keluar dengan tulah-tulah yang menimpa Firaun, demikian pula dengan mereka. Sama seperti Abram di suruh pergi oleh Firaun, dan diperkaya dengan jarahan dari orang-orang Mesir, demikian pula dengan mereka. Sebab pemeliharaan Allah terhadap umat-Nya adalah sama, baik kemarin maupun hari ini dan samoai selama-lamanya.[7]





KESIMPULAN
          Dari keseluruhan pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa, Kejadian 12 mengemukakan dimana Tuhan mengirim Abram ke Kanaan dengan suatu janji Kristus bahwa ia akan memperoleh keturunan. Berangkatnya Abraham adalah bukti kepercayaannya itu tampil waktu janji diperbaharui, dan kepercayaan itu diuji Allah ketika menuntut kembali Ishak yang merupakan hasil janji Allah terdahulu. Panggilan Allah ini mungkin saja membuat Abram bingung, karena sebelumnya sang ayahlah yang selalu memberikan keputusan. Kini Abram harus memutuskan sendiri, apakah dia akan pergi sepeti yang diperhatikan Allah kepadanya atau tidak. Namun, Abram memilih taat kepada perintah Tuhan. Ia berangkat meninggalkan keluarga besarnya dan membiarkan Tuhan memimpin perjalanannya.














DAFTAR PUSTAKA
Pdt. Abraham Park, D. Min,. D.D,  2011. Silsilah di Kitab Kejadian, Jakarta Selatan: Gresindo.
Hidup, Kalam, 40112.  Handbook To The Bible. Bandung: Jawa Barat.
W.S.Lasor, D.A.Hubbrard, F.W.Bush,  2004. Pengantar Perjanjian Lama I. Jakarta: Gunung Mulia.
Literature,Momentum Christian, 2014. Tafsiran Matthew Hendry Kitab Kejadian Surabaya: Momentum.
Davis, John J, 2014. Eksposisi Kitab Kejadian Gandum Mas:



[1] Pdt. Abraham Park, D. Min,. D.D. Silsilah di Kitab Kejadian, (Jakarta Selatan: Gresindo. 2011). Hlm 8
[2] Kalam hidup, Handbook To The Bible (Jln. Naripan 67 Bandung 40112 kotak pos 4061 Jawa Barat), hlm 144
[3] W.S.Lasor, D.A.Hubbrard, F.W.Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1 (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), hlm 111 dan 121
[4] Momentum Christian Literature, Tafsiran Matthew Hendry Kitab Kejadian (Surabaya: Momentum 2014), hlm 285
[5] Momentum Christian Literature, Tafsiran Matthew Hendry Kitab Kejadian (Surabaya: Momentum 2014), hlm 286
[6] John J. Davis, Eksposisi Kitab Kejadian (Gandum Mas: 2014), hlm. 177-180
[7] Momentum Christian Literature, Tafsiran Matthew Hendry Kitab Kejadian (Surabaya: Momentum
2014), hlm 292-306

AUTHOR : MARIA
0 Comments for "ABRAM DIPANGGIL ALLAH (KEJADIAN 12:1-9)"

Back To Top