BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Guru adalah pekerjaan yang tanpa
mengenal lelah untuk mencerdaskan anak bangsa, memperbaiki karakter dan untuk
memiliki sebuah pencerahan hidup. Menjadi guru, tidak mudah karena melalui berbagai proses. Guru identik dengan
mengajar, mengajar bukan suatu beban tetapi mengajar adalah sebuah pelayanan.
Guru tidak hanya menjadikan anak bangsa menjadi cerdas tetapi juga dapat
menjadikan anak didik berkhlak muliah, memiliki etika. Seorang guru menjadi
teladan bagi anak didiknya. Pendidikan menyangkut tiga komponen utama, yaitu
anak didik yang berpengetahuan luas (kognitif) berakhlak mulia atau bersikap
dewasa (afektif) dan berketerampilan tinggi (psikomotoris). Inilah tugas yang
paling mulia dari sang guru, karena ilmu yang luas dan keterampilan yang
tinggi, hanya akan membawa masalah bagi manusia dan kemanusiaan bila sang anak
didik tidak berakhlak mulia atau tidak memiliki watak yang sesuai dengan
kehendak dan tujuan pendidikan.
Mengajar adalah sebuah pelayanan.
Sebelum seorang guru mengajar, seorang guru perlu membekali diri sebelum
mengajar, seorang guru memiliki akhlak yang mulia menjadi guru yang berkualitas
dan memiliki sifat-sifat yang mulia. Seorang guru bekerja dengan tulus dan
ikhlas, berbagi pengetahuan ke sesama dan memiliki keterampilan. Guru atau
seorang pendidik memang hanya dipandang rendah oleh masyarakat pada umumnya.
Namun tanpa seorang guru, manusia tidak akan memiliki pengetahuan dan karakter
yang baik. Berperan menjadi seorang guru sangat sulit karena guru harus menjadi
contoh dimanapun berada, dengan menghadapi berbagai gaya hidup anak didik atau
masyarakat, seorang guru mampu menjadi teladan, dan mampu menghadapi gaya hidup
anak didiknya.
Seorang guru memiliki kesadarn bahwa
mengajar bukanlah sekedar suatu jabatan tetapi sebuah panggilan hidup.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertin guru?
2. Bagaimana
kualitas pendidikan dan sifat-sifat mulia seorang guru?
3. Bagaimana
karya mulia seorang guru?
4. Bagaimana
seorang guru yang berkarya dengan cahaya hati?
5. Bagaiman
guru berperan dalam memperjelas arah
pendidikan bangsa?
C. Tujuan
Penulisan
1. Dapat
mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan guru
2. Dapat
mengetahui dan memahami bagaimana kualitas pendidikan dan sifat-sifat mulia
seorang guru
3. Dapat
mengetahui dan memahami bagaimana karya mulia seorang guru
4. Dapat
mengetahui dan memahami bagaimana seorang guru yang berkarya dengan cahaya hati
5. Dapat
mengetahui dan memahami bagaimana guru berperan dalam memperjelas arah
pendidikan bangsa
BAB
III
ISI
A. Pengertian
Guru
Guru adalah profesi mulia. Disebut guru
karena dapat diguga dan ditiru. Insan guru merupakan sumber belajar yang
mengantar terjadinya proses belajar anak. Sebab itu guru dikatakan sebagai
pengajar, pendidik, pelatih, pembimbing dan motivator bagi siswa belajar. Guru
profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi.
Makna profesional bagi guru merupakan
suatu ikatan dengan sumpah atau janji yang melahirkan ikatan batin dengan profesi
sebagai guru yang dapat ditiru. Dengan itu seorang guru mempunyai mentalitas
dan tindakan selalu ingin memberikan hasil yang terbaik serta memberikan
manfaat bagi siswanya. Ibarat seorang dokter, ia bahagia jika pasiennya sembuh.
Demikian juga guru, ia akan bahagia jika kedapatan siswa yang didikannya
berhasil[1].
B. Kualitas
Pendidikan Dan Sifat-Sifat Mulia Guru
Dari sebuah proses yang baik sesuai
dengan input yang diginakan, diharapkan akan menghasilkan output yang terbaik.
Dalam dunia pendidikan, input yang paling vital adalah kualitas guru. Bila sang
guru berkualitas, maka diprediksi bahwa outputnya juga akan berkualitas. Jadi
ada hubungan linear dan positif, yang menyangkut kualitas sang guru dan anak
didik. Output pendidikan secara mikro adalah menyangkut tiga komponen utama,
yaitu anak didik yang berpengetahuan luas (kognitif) berakhlak mulia atau
bersikap dewasa (afektif) dan berketerampilan tinggi (psikomotoris). Anak didik
diharapkan mampu menyelesaikan masalah-masalah kehidupan yang dilaluinya. Namun
untuk sempurnaya pelaksanaan tugas yang diembannya, maka sang anak didik masih
memerlukan sesuatu yang sangat vital dalam hidupnya, yaitu pembentukan sikap
atau watak yang baik (akhlak mulia). Inilah tugas yang paling mulia dari sang
guru, karena ilmu yang luas dan keterampilan yang tinggi, hanya akan membawa
masalah bagi manusia dan kemanusiaan bila sang anak didik tidak berakhlak mulia
atau tidak memiliki watak yang sesuai dengan kehendak dan tujuan pendidikan.
Maka yang ideal adalah segala ilmu dan keterampilan yang diperoleh digunakan
untuk kehidupan yang sejahtera, bagi seluruh umat manusia. Untuk itu guru,
mesti memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spritual yang tangguh dan
dapat diimplementasikan dalam semua aspek kehidupannya, termasuk di dalam
Proses Belajar Mengajar (PBM) dengan mata ajaran apapun yang menjadi tanggung
jawabnya.
Sebagai guru yang baik dan cinta dengan
kebaikan agar anak didik juga memiliki kebaikan yang bersumber dari hati, maka
seorang guru harus mampu menanamkan nilai-nilai luhur yang menjadi ciri khas
manusia yang berakhlak mulia. Adapun nilai-nilai luhur yang paling berpengaruh
adalah:
1. Sifat
Ikhlas. Ketika kita berbuat baik, motivasinya bisa beraneka macam. Namun yang
terbaik adalah karena mencari panggilan Tuhan. Bukan karena yang lain. Karena
itu kitapun tidak akan pernah menuntut balas jasa, walaupun nafsu ita kadang
datang menggoda, juga kita tidak akan pernah kecewa kalau orang lain melecehkan
kebaikan kita itu. Kita sudah bahagia, karena kita telah ikhlaskan hanya kepada
Tuhan Yang Maha Kaya, bukan kepada makhluk yang serba kurang. Hanya kepada
Dialah kita berserah diri. Dan ditangan-Nya jugalah segala harapan kita. Itulah
ikhlas yang sejati, yang menjadi modal utama dalam beramal sepanjang hidup
kita.
2. Sifat
Jujur. Jujur termasuk sikap hati yang wujud dalam banyak kebaikan. Karena itu
jujur adalah salah satu akhlk yang mulia. Motivasi untuk berbuat jujur bisa
banyak, namun yang terpenting adalah, diantaranya sebagai berikut:
-
Menurut akal sehat dan
logika normal, jujur itu adalah baik, karena itu akal sebenarnya benci dengan
kebohongan dan kepalsuan. Hanya akal yang kotor dan logika yang tidak normal
yang menyenangi kebohongan, karena kebohongan dan kepalsuan secara umum
mendatangkan kerugian hati nurani (psikis) dan kerugian pisik (kebendaan)
-
Dengan bersikap jujur,
biasanya manusia menjadi berani.
-
Dengan bersikap jujur
ada kebahagiaan, karena dengan bersikap jujur ada apresiasi yang tinggi
nilainya dari lingkungan kita, walaupun kita jujur bukan untuk penghargaan
3. Sifat
Kasih Sayang. Kasih sayang adalah simbol kehidupan yang mesra, damai dan
tenang. Karena itu kasih sayang untuk semua makhluk-Nya, supaya hidup damai dan
sejahteradengan kasih sayang manusia berkembang, dan hidup dalam suasana yang
membahagiakan. Maka kasih sayang adalah sikap hati dan akhlak mulia yang perlu
ditanamkan kepada anak didik.
4. Sifat
Pemaaf. Guru yang baik adalah mereka yang suka memaafkan anak didik, jika
berbuat keliru atau salah. Namanya juga anak-anak dengan sifat-sifatnya yang
labil, tentu dengan mudah bisa berbuat salah. Dan ketika mereka berbuat salah,
seorang guru meluruskan kesalahannya, menasehati dan memaafkan kesalahan itu.
Dengan cara seperti itu berarti guru sudah menanamkan sifat-sifat yang baik
pada anak didik. Lebih dari itu, anak didik mendapat pelajaran berharga untuk
diri dan lingkungannya, yang akan dilaluinya, dan merekalah yang akan
menawarkan kebaikan itu kembali kepada orang lain.
5. Sifat
Hangat. Guru yang baik adalah mereka yang selalu hangat dengan anak didiknya.
Dengan kehangatan seorang guru, akan selalu terjadi interaksi positif anak
didik. Dengan interaksi posistif anak didik, maka pelajaran dan nasihat yang
disampaikan kepada mereka akan mudah dicerna, mudah diserap, dan mudah
dipraktekkan. Ini berarti seorang guru, telah berhasil menarik simpati dan
menaruh minat yang sangat berharga, bagi dunia pendidikan.
6. Sifat
Sabar. Sabar itu bertingkat-tingkat. Mulai dari sabar dengan tingkat rendah
sampai dengan sabar tingkat tertinggi. Seorang guru yang sedang menjalankan
tugas, dengan sabar mengasuh anak didik bila ada masalah diselesaikan dengan
penuh kesabaran. Para ahli psikolog, mengatakan bahwa sifap sabar adalah bagian
dari kepribadian yang dibawa sejak lahir, namun pada diri manusia, sifat apapun
yang menjadi ciri kepribadiannya, pada dasarnya bisa dirubah atau dikembangkan,
sesuai dengan pendidikan dan pengembangan yang diberikan. Contoh dan
keteladanan, mutlak diperankan oleh guru, sehingga anak didik dapat mencontoh
gurunya. Mendidik dengan sabar diharapkan menghasilkan pula anak didik yang
sabar, karena tertular sifat seorang guru.
7. Sifat
Syukur. Bersyukur dan ikhlas, buka sekedar syair dalam sebuah lagu. Tetapi
telah menjadi kewajiban bagi setiap hamba. Dalam beberapa hal, syukur dapat
diperankan oleh seorang guru dihadapan anak didik, dalam semua aktivitas
pembelajaran. Mulai dari syukur hati, syukur lisan, sampai dengan syukur
perbuatan. Semua aktivitas yang bermanfaat, adalah bagian dari syukur dengan
perbuatan, atau kegiatan berdoa sebelum dan sesudah belajar, adalah bagian dari
syukur lisan yang sangat berpengaruh pada kehidupan manusia, termasuk anak
didik kita sendiri.
C. Karya
Mulia Seorang Guru
1. Peran
seorang guru dalam menangani kecerdasan anak didik. Manusia dilahirkan dengan
otak yang dianugerahkan oleh Sang Pencipta. Dari otak inilah kemudian
kecerdasan manusia berkembang sesuai dengan lingkungan yang dilaluinya. Berkaitan
dengan kenyataan bahwa semua manusia tidak memiliki kepandaian yang sama, dan
tidak pula memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang, maka manusiapun
berbeda dalam jalur hidup, yang diantaranya karena adanya perbedaan tingkat
kecerdasan, dan tingkat pengembangannya.
2. Peran
seorang guru dalam membentuk kepribadian anak didik. Kalau intelektual manusia
diukur dengan IO-nya, maka kepribadian manusia diukur dengan sikap dan
perilakunya. Karena sikap dan perilaku yang dilakoni manusia dalam kehidupannya,
merupakan cermin dari kepribadian dirinya. Karena kegagalan dan keberhasilan
dalam membentuk keperibadian adalah tanggung jawab keluarga, lingkungan dan
masyarakat pada umumnya. Maka tidak heran, ada manusia yang berubah
kepribadiannya dari waktu ke waktu, karena disamping sifatnya kepribadian itu
dinamis, juga sangat sensitif dengan pengaruh lingkungan. Dan yang paling
menakjubkan adalah kepribadian seseorang, bisa berubah dengan pelatihan yang
diterapkan oleh para pendidik atau seorang guru di sekolah, bahkan lingkungan
masyarakatpun menjadi pemicu yang efektif dalam merubah kepribadian seseorang.
Maka peran orang tua, pendidik (guru) dan masyarakatlah yang menjadi kunci
pembentukan kepribadian anak didik.
3. Peran
seorang guru dalam menangani bakat anak didik. Bakat adalah bagian inti dari
sebuah kondisi intelektual. Maka bakat orang akan terikat dengan tingkat
intelektualnya. Otak kiri dan otak kanan manusia, dalam melakukan fungsinya
akan akan mampu membedakan bakat-bakat yang dimiliki manusia. Disinilah peran
guru dalam menangani bakat. Namun demikian, pengembangan sendiri dengan
4. Peran
seorang guru dalam menangani minat anak didik. Minat tidak selalu sama denan
bakat yang dimiliki. Artinya, minat bisa saja berbeda dengan bakat, atau
adasaja orang yang minatnya bukan bersumber dari bkatnya dan itu adalah sesuatu
yang lumrah. Secara teoritas dan emipris, minat seorang dipengaruhi oleh
lingkungan, dan sifatnya berubah-ubah. Namun demikian para ahli berpendapat
bahwa minat yang berkembang dengan baik, adalah minat yang sesuai dengan bakat
dan kecerdasan seseorang. Ini berarti bahwa seseorang bisa saja mengembangkan
minatnya dalam hal apa saja, namun dia hanya akan berkembang dengan baik atau
akan mencatat prestasi gemilang, jika minat yang dikembangkan sesuai dengan
bakt dan kecerdasannya. Sebaliknya minat akan berjalan datar tanpa prestasi
yang mengagumkan, jika tidak relevan dengan bakat dan kecerdasan yang dimiliki.
Disinilah peran pendidik menangani minat anak didik. Minat apa saja yang dimiliki
oleh anak didik tentu tidak dihambat, selama minat itu bersifat positif. Akan
tetapi yang akan berprestasi secara signifikan adalah mereka yang berminat
sesuai dengan bakat dan tingkat kecerdasannya. Karena itu pendidik hendaknya
arif dan berhati-hati, sehingga minat yang dijlani tidak menjadi bemerang dalam
pengembangan kecerdasan dan kepribadian yang dididik.
5. Peran
seorang guru yang berciri sejati. Guru adalah profesi yang telah lama dikenal
oleh dunia, dan profesi itu berkaitan dengan dunia pendidikan, dunia yang penuh
tantangan. Megapa penuh tantangan, karena objek dan subjeknya adalah manusia
yang punya keinginan, kemauan dan selera yang beraga. Bahkan beragam pula
kemampuan dan cita-cita kemanusiaannya.
Karena itu ditangan
gurulah, potensi manusia bagaimana dibentuk dan dikelola secara maksimal,
sehingga semua potensi yang dimiliki anak didik berubah menjadi kompetensi yang
aktual.
6. Peran
sang guru yang berpotensi mulia. Kemampuan sang guru secara komperenshif di
dalam proses pendidikan adalah bagian integral dari tujuan pendidikan yang
hendak dicapai. Karena itu banyak ahli pendidik dan masyarakat pada umumnya
yang menaruh harapan kepada seorang guru dalam upaya memanusiakan manusia.
Diantara sekian banyak kompetensi seorang guru, yang harus dimiliki adalah:
-
Sang guru harus
menguasai landasan pendidikan yang baik, sebagai penddik yang menjadi tumpuan
harapan masyarakat.
-
Menguasai materi atau
bahan ajar secara baik. Salah satu ciri guru yang baik, adalah mereka yang
menguasai bahan ajar dengan baik. Bukan hanya itu, seorang guru juga harus
mampu mengembangkan materi atau bahan ajar secara profesional, dan inilah modal
dasar seorang guru dalam bentuk penguasaan materi, karena hanya menguasai
materi dapat melaksanakan tugasnya.dengan kata lain seorang guru haruslah dapat
memperkaya bahan. Karena itu pendidikan yang baik adalah mereka yang dinamis,
dan mampu mengembangkan materi atau bahannya secara optimal.
-
Menguasai kelas.
Walaupun tidak semua pendidik selalu berada diruang kelas dalam pengertian
konvensional, namun seorang guru selalu dituntut untuk berkemampuan dalam
menguasai kelas. Dalam kegiatan inilah penyelenggaraan pendidikan berlangsung
dengan komunikasi yang dalam, antara pendidik dan peserta didik. Kegiatan pada
dasarnya tidak terbatas hanya pada pemberian ceramah, kepada sekolompok orang
di dalam sebuah ruangan melainkan juga berkaitan dengan penyelenggaraan
laboratorium dan tugas lapangan.
-
Mampu menggunakan media
atau sumber belajar secara optimal. Media dan sumber belajar yang digunakan
haruslah sesuai dengan pokok bahasan yang telah direncanakan secara sistematis.
Karena itu seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang memadai. Bahkan bukan sekedar memadai tetapi juga harus sesuai
perkembangan teknologi.
-
Mampu menilai atau mengevaluasi
dengan baik. Penilaian hasil belajar mengajar adalah sesatu yang mutlak
dilakukan. Bukanlah sekedar menilai peserta didik, tetapi juga pada hakekatnya
menilai dan mengevaluasi seorang guru. Berhasilkah seorang guru (pendidi)
mentransfer ilmunya, dan sejauhmana keberhasilan itu. Berhasilkan seorang guru
memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempelajari bahan atau materi yang
menjadi tugas dan amanah yang diembannya.
7. Sang
guru yang suka koreksi diri. Guru adalah manusia biasa, bukan malaikat dan
bukan pula manusia pilihan terbaik. Karena itu sang guru memiliki keterbatasan
dan kekurangan. Adapun kekurangan yang harus dikoreksi adalah sistem pendidkan,
termasuk dari seorang guru sendiri diantaranya adalah sebagai berikut:
-
Sang guru yang ditakuti
oleh anak didik
Keadaan ini bisa
terjadi, kalau seorang guru, galak atau pemarah. Kekurangan seperti ini
mempunyai pengaruh yang sangat bermakna terhadap kegagalan dalam mencapai
tujuan pendidikan, karena seorang guru tidak dapat berinteraksi dengan anak
didik
-
Seorang guru yang
kurang menguasai materi/bahan ajar. Jika seorang guru benar-benar kurang
menguasai materi atau bahan ajar, maka sang guru akan kehilangan arah dan anak
didik akan mempeoleh ilmu yang hanya setengah matang, bahkan akan terbawa kepada
kehilangan arah yang sama seperti gurunya. Dan yang paling fatal adalah dampak
negatif dari ilmu yang salah yang dapat berbahaya bagi kehidupan
-
Seorang guru yang
kurang budi. Pendidikan adalah usaha yang dilandasi dengan budi yang luhur.
Secara umum pendidikan juga bertujuan untuk membentuk manusia yang berbudi
luhur. Tidak dapat dibayangkan bagaimana hasil endidikan kita, kalau seorang
guru tidak iklas dalam mengajar. Mungkin yang akan diperoleh hanyalah
manusia-manusia yang juga kurang berbudi, sehingga ilmu yang diperoleh, hanya
akan menjadi bumerang yang amat berbahaya bagi kehidupan manusia. Karena itu
pendidikan yang kurang ikhlas meperbanyak pecerahan
-
malas dan pasif.
Pendidikan adalah usaha dengan kerja keras. Jika ada pendidikan yang malas dan
pasif, maka hasil terbaik yang diharapkan hanya akan menjadi mimpi bagi dunia
pendidikan.
D. Seorang
Guru Yang Berkarya Dengan Cahaya Hati
1. Berciri
pendidik luhur. Sunggupun semua orang bisa jadi guru, namun tidak semuanya
orang bisa jadi guru yang luhur. Pertanyaannya adalah siapa saja yang berhak
menjadi pendidik dengan pekerjaan sebagai guru. Ada banyak syarat formal yang
harus dipenuhi, baik menurut undang-undang atau menurut hukum yang berlaku.
Akan tetapi syaraf formal belum menjamin keberadaan guru yang luhur. Bahwa di
dalam kehidupan manusia banyak dipengaruhi oleh faktor internal dari faktor
eksternal (dari luar diri). Adapun faktor internal yang pengaruhnya dominan
adalah sebagai berikut:
-
Memiliki kecerdasan
yang cukup. Dalam diri manusia sekurang-kurangnya ada empat kecerdasan yaitu
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan kreatifitas dan
kecerdasan spiritual. Dari kecerdasan yang dimiliki, yang menjadi pemandu
adalah kecerdasan spiritual. Kecerdasan ini sekan-akan menjadi juru selamat
dari semua kecerdasan yang lain. Dialah yang menjadi tumpuan harapan dari semua
kegiatan hidup. Dan diapulalah yang akan menjadi tujuan dari semua aktivitas
seorang guru
-
Memiliki bakat
pendidik. Sejak lahir manusia dibekali oleh sang Pencipta dengan bakat-bakat.
Ada bakat yang menonjol, adapula bakat yang tersamar . semua bakat yang
dimiliki, hanya akan berkembang dan bermanfaat, bila lingkungan dengan pengembangannya,
berjalan dengan baik. Karena itu berakar menggurui atau bakat mendidik
misalnya, akan menjadi optimal bila dipupuk dan dikembangkab secara optimal
pula. Dengan demikian manfaatnya akan dirasakan oleh yang bersangkutan, oleh
masyarakat dan dunia pendidikan dan umumnya.
-
Memiliki kepribadian
yang menarik. Sang guru adalah salah satu tugas yang berhubungan lansung dengan
manusia. Karena itu seorang guru yang berkepribadian menarik dan simpatik akan
lebih berhasil dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik
2. Mengabdi
dengan cahaya hati
3. Penuh
keteladanan
4. Rendah
hati
5. Rajin
ibadah
6. Berwibawa
7. Tidak
meminta balas jasa
8. Tulus
9. Suka
berbagi dengan hati
10. Peduli
lingkungan
11. Suka
pengendalian diri
12. Percaya
diri dan bijak[2].
E. Guru
Berperan Dalam Memperjelas Arah Pendidikan Bangsa
1. Pembentukan
sikap
Penataan pendidikan
nasional adalh supaya untuk mewujudkan suatu masyarakat indonesia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang
mantap dan mandiri, serta memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan kehidupan.
Untuk mencapai hal tersebut, hendaknya pelaksanaan pendidikan khususnya di
sekolah dasar, harus mampu menciptakan situasi dan hasil belajar yang menyeluruh,
sehingga hasil belajar yang dimiliki oleh siswa dapat diterapkan dalam
kehidupannya.
Keberhasilan proses
pendidikan pada intinya dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek produk dan
aspek proses. Pada aspek produk, siswa dituntut untuk menguasai materi
pelajaran minimal 75% dari target kurikulum yang harus dicapai yang dibutuhkan
dengan nilai raport minimal mencapai rata-rata 7,5%. Adapun aspek proses,
pendidikan harus memberikan bekal
pengalaman kepada siswa untuk dapat menjalankan kehidupannya di masyarakat atau
lazim disebut pendidikan bermakna (meaningful).
Pendidikan berkualitas
dalam proses pembelajaran pengetahuan yang diperoleh siswa seharusnya tidak
melalui pemberian informasi melainkan proses pemahaman tentang bagaimana
pengetahuan itu diperoleh. Dengan demikian yang diutamkan bukanlah apa yang
harus diketahui diperoleh oleh siswa, tetapi bagaimana proses mengetahuinya
atau daya alih untuk menggali dan mendapatkan pengetahuan dan informasi yang
diinginkan (learning how to learn).
Pendidikan harus mampu
mempersiapkan manusia yang dapat menghadapi tantangan hari-hari kehidupannya.
Demikian pula pendidikan harus menanamkan nilai dan moral masyarakat sebagai
upaya manusia untuk memanusiakan manusia. Perbaikan sistem pendidikan merupakan
hal yang sangat penting bagi Indonesia yang bertujuan atau beritikad
mencerdaskan bngasanya sebagai amanat konstitusi. Sasaran utama proses
pendidikan umumnya serta proses belajar mengajar khususnya, pada suatu jenjang
sekolah bukan menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan yang
sebanyak-banyaknya. Namun lulusan yang memiliki serangkaian keterampilan atau
kemampuan serta berbagai sikap dan nilai
penting, yang tidak hanya berguna untuk melanjutkan pendidikan tetapi juga
untuk hidup dan bekerja di masyarakat.
Akhirnya pembentukan
sikap anak didik ini dapat berjalan dengan baik apabila ada keseriusan kita
dalam mengembangkan pendidikan bermakna.
2. Kesadarn
makrifat
Dalam dunia pendidikan
muncul pertentangan antara idealitas tujuan dengan usaha pencapaian tujuan
sehingga produk yang diperoleh menjadi menyimpang. Demikian pula antara tujuan
ideal dengan sistematisasi pengelolahan proses belajar mengajar sehingga
mengesankan kekakuan dan ketertutupan yang bertentangan dengan semangat
intelektual dan kesadaran kritis yang menjadi dasar eksistensi pendidikan.
Sementara itu, pihak pengelola pendidikan dan para guru, menepatkan diri
sebagai orang yang lebih bermoral, sumber kebaikan dan sumber kesuksesan hidup.
Pada saat yang sama, telah lama kita memprihatinkan nasib guru yang nasibnya
pas-pasan dan masih harus menjadi pelayan yang terpaksa setia kepada elite
penguasa, khususnya pejabat di Departemen Pendidikan Nasional. Bisa saja kita
menyatakan bahwa kekerasan dunia pendidikan itu sebagai resiko dan harga sosial
yang harus dibayar dari kekurangpedulian kita terhadap nasib guru.
Pendidikan seharusnya
menjadi wahana manusia untuk belajar hidup menyelesaikan problem kehidupan yang
sedang dan akan dialami.
3. Kemampuan
pribadi.
Menjadi guru bukanlah
pilihan alternatif. Pernyataan ini perlu dihayati dan dipahami oleh seorang
yang ingin menjadi guru. Apabila guru sebagai pilihan yang tidak diunggulkan
akan berdampak kepada psikologi yang bersangkutan. Karena untuk menjadi seorang
guru memiliki serangkaian kemampuan, dan kemampuan itu tidak datang dengan
sendirinya, tetapi melalui kesadaran, motivasi belajar, dan proses
berkelanjutan.
Guru adalah suatu
pekerjaan profesi yang jelas disebutkan seseorang yang memiliki kemampuan.
Kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh semua orang dan hanya dimiliki oleh
seorang guru. Makanya guru adalah orang yang memiliki kemampuan di dalam
memberikan pendidik dengan memberikan pengajaran dengan berbagai ilmu, serta
memberikan keterampilan kepada anak didiknya sehingg anak didik yang dihasilkan
juga memiliki kemampuan sebagaimana yang dimiliki oleh guru sendiri.
Kemampuan guru juga
akan berkait erat dengan kinerja guru. Guru yang memiliki kinerja tinggi dan
menyadari akan tugas dan tanggung jawab yang diembannya, akan berupaya sebaik
mungkin untuk mendaptkan berbagai kemampuan sehingga memiliki wawasan dan
kualifikasi ilmu yang luas dan memiliki daya saing tinggi di dalam meningkatkan
kemampuannya dalam proses pembelajaran di kelas.
Kinerja guru dalam kaitaannya dengan kemampuan individu yang
bersangkutan akan sangat berperan dalam menentukan keberhasilan program
pembelajaran di kelas.
Agar dapat melaksanakan
tugas sehari-hari dengan baik, guru harus memiliki kemampuan pribadi, kemampuan
professional, dan kemampuan kemasyarakatan atau kemampuan sosial, kemampuan
tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kinerjanya dalam melaksanakan tugas
yang diembannya, terutama dalam merencanakan pembelajaran. Dengan memiliki
kemampuan yang baik, diharapkan proses pembelajaran dapat berlangsung dengan
lancar dan tujuan pembelajaran di kelas dapat tercapai[3].
BAB
III
KESIMPULAN
Guru
adalah pekerjaan mulia yang tanpa mengenal lelah untuk membuat seseorang
menjadi bisa. Mengapa saya menjadi guru? Karena
menjadi seorang guru tidak mudah, harus memiliki kesabaran saat mengajar
ataupun mendidik seseorang, menjadi seorang guru adalah panggilan hidup,
dilatih untuk memiliki pribadi yang berkenan di hati Tuhan melalui pimpinan Roh
Kudus. Guru bukan suatu beban tetapi menjadi seorang guru berarti kita melayani
seseorang baik melalui perkataan kita ataupun tingkah laku kita, agar kita
dapat berdampak atau membawa berkat bagi orang lain. Meneladani Yesus sebagai
Guru Agung.
BIBIOGRAFI
(3 BUKU)
1) Penulis : Kasmadi, SST., M.Pd
Judul Buku :Membangun Soft Skills Anak-Anak Hebat
Penerbit :
Alfabeta
Tempat Terbit : Bandung
Tahun Terbit : 2013
Jumlah Halaman : 212 halaman
2) Penulis : H.Hasan Aedy
Judul Buku : Karya Agung Sang Guru Sejati
Penerbit :
Alfabeta
Tempat Terbit : Bandung
Tahun Terbit : 2009
Jumlah Halaman : 161 halaman
3) Penulis : Drs. H. Isjoni, M.Si
Judul Buku : Memajukan Bangsa Dengan Pendidikan
Penerbit :
Pustaka Pelajar
Tempat Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 2008
Jumlah Halaman : 103 halaman
[1] Kasmadi, SST., M.Pd., Membangun
Soft Skills Anak-Anak Hebat, Bandung: Alfabeta, 2013, halaman 39-40.
[2] H.Hasan Aedy, KARYA AGUNG SANG
GURU SEJATI, Bandung: Alfabeta, 2009, halaman 50,74-94,99-156.
[3] Drs.H.Isjoni,M.Si., Memajukan
Bangsa Dengan Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, halaman 9,21,47.
AUTHOR :
NAMA : YULIANSI
KELAS : D (PAK)
NIRM :
1020164878
Tag :
Pengetahuan Kristen
0 Comments for "MENGAPA SAYA MENJADI GURU ?"